Selasa, 17 Maret 2015

SERIAL PENGALAMAN MASA KECIL I

"TERJEPIT DI SHOCK SEPEDA DAN ULAR GENDANG "


"Waktu ku kecil, hidupku amatlah senang. Senang dipangku-dipangku dipeluknya. Serta dicium-dicium dimanjakan. Namanya kesayangan". Itulah sepenggal lirik lagu Bunda Piara yang "dulu" sering dinyanyikan oleh anak-anak, termasuk saya. Teringat pengalaman waktu kecil, saya mencoba untuk menuliskan pengalaman-pengalaman saya waktu kecil yang masih bisa saya ingat. Diantaranya adalah seperti judul di atas.
Waktu itu, saya kelas IV Sekolah Dasar Negeri di sebuah perkebunan swasta. Nama Desanya Gaharap di Rambong Sialang. Biasanya setiap pergi dan pulang sekolah, saya, almarhum Abang saya Muhammad Iman Sentosa, semoga Allah meridhoinya, dan Kakak saya, diantar oleh Mang Dollah naik sepeda onthel (kalau dalam bahasa kami dulu namanya sepeda jindegi. Ntah kenapa namanya begitu saya gak tahu). Nah, saat peristiwa itu terjadi saya sedang di atas boncengan sepeda jindegi Mang Dollah sepulang sekolah menuju rumah. Mungkin karena saya terlalu banyak bergerak (pecicilan, istilahnya) tiba-tiba saja kaki sebelah kanan saya masuk diantara jari-jari dan shock sepeda. Bukan main sakitnya. Saya sampai menangis sambil menjerit. Mang Dollah pun kebingungan, soalnya waktu itu tak ada seorangpun yang lewat. Mang Dollah lalu mencoba menarik shock sepeda agar kaki saya terlepas dari jepitan. Tapi sekuat apapun dicoba, kaki saya tak mau lepas. Karena tetap tak ada orang yang lewat untuk dimintai tolong maka Mang Dollah bermaksud ke perkampungan terdekat berjalan kaki untuk meminta tolong. Tapi beliau tak tega meninggalkan saya sendirian. Saat saya ditanya saya hanya bisa menangis, karena saya terus menangis Mang Dollah memutuskan untuk ke perkampungan itu. Bayangkan.... Saya, anak kecil berusia 10 tahun, ditinggal sendirian di jalanan tanpa ada seorangpun yang lewat dengan sebelah kaki terjepit!
Setelah waktu yang lama menunggu, waktu itu perasaan saya seperti beberapa jam, akhirnya Mang Dollah datang dengan seorang penduduk yang membawa kunci pas. Setelah beberap baut dibuka dengan kunci pas itu akhirnya kaki saya bisa terlepas. Syukur Alhamdulillah. Setelah mengucap terima kasih dengan tersendat-sendat karena masih menangis akhirnya kami pulang. Belakangan baru saya ketahui bahwa ternyata Mang Dollah berlari sekencang-kencangnya menuju perkampungan itu dan bersama dengan seorang penduduk kampung mereka juga berlari menuju tempat dimana saya terjepit. Seingat saya, saya tidak mengucapkan terima kasih kepada Mang Dollah. Beliau sudah lama menemui Penciptanya. Semoga Allah menerimanya di sisiNya.
Pengalaman berikutnya adalah ketika saya pulang sekolah, masih di kelas dan sekolah yang sama, saat itu saya beramai-ramai dengan teman sekolah pulang berjalan kaki. Ketika lewat di jalan dekat dengan tempat saya terjepit dulu, tiba-tiba kami mendengar suara seperti gendang ditabuh. Otomatis kami serentak berhenti.

"Wah, itu pasti ular gendang", kata salah seorang dari kami. Kami kemudian melihat kesana kemari mencari asal suara itu. Tiba-tiba keluarlah seekor ular dengan bentuk badan seperti ular sawah tapi besar kepala dan ekor hampir sama. Saat dia melata di depan kami, terdengan bunyi dung...dung... Kami semua terkejut dan ketakutan hingga kami tak ada yang bergerak untuk lari. Soalnya kami semua baru pertama kali itu melihatnya. Kami menunggu ular itu lewat di depan kami, dengan posisi masih ketakutan dan jantung berdegup kencang. Ketika ular itu akhirnya lewat di depan kami dan masuk ke semak-semak tanpa dikomando kami semua berlari sekencang-kencangnya pulang ke rumah.

 
 Ular Gendang (Phyton curtus)
 
Itulah pengalaman saya waktu kecil terjepit di shock sepeda dan bertemu ular gendang. Pada kesempatan lain, akan saya ceritakan pengalaman-pengalaman saya yang lain.

1 komentar: